kemarin lusa saya kembali terbaring diatas ranjang. seperti yang sudah-sudah, thypus adalah yang menyerang saya. beruntung kali ini hanya 2 hari saya beristirahat dan semuanya membaik. penyakit saya ini seringkali kambuh manakala beban pikiran saya overload. banyak yang berasumsi bahwa itu disebabkan volume pekerjaan saya. saya merasa tidak perlu membantah asumsi ini, atau pun membenarkannya. karena memang tidak sepenuhnya salah, walaupun tidak tepat benar.
memang tidak dapat saya pungkiri bahwa volume kerja saya tinggi sebagaimana telah saya tuliskan pada posting sebelumnya ( terimakasih-bapak ) bahwa banyak hal yang harus saya pelajari disini. tapi ada satu hal yang sangat membebani pikiran saya, yaitu keputusan untuk menutup usaha catering milik keluarga.
inilah yang sangat memukul saya.
22 tahun silam ibu saya mendirikan usaha ini. maklum, abah saya hanyalah seorang guru, sementara kebutuhan akan hidup terus meningkat. maka ibu berinisiatif untuk mendirikan usaha ini. karena tak memiliki modal, maka cincin pernikahan pun terlepas dari jari manis ibu.
perlahan usaha ini berjalan. kontrak demi kontrak kerjasama didapatkan. usaha ini pun diperbesar dengan label "Hana Hady's Catering". bukan label besar memang. tapi dari situlah saya dan adik dapat bersekolah dan menikmati masa kecil hingga dewasa tanpa kekurangan.
tahun 1998, krisis ekonomi melanda negeri ini, namun usaha kami masih dapat tegak berdiri dan melaluinya. kami pun mulai memiliki karyawan untuk membantu ibu seiring dengan meningkatnya permintaan dan pesanan.
ditahun-tahun itu pula kami mengecap manisnya berada di puncak.
berawal dari catering itu pula kami bisa memiliki rumah beserta kendaraan yang menjadikan kami sebagai keluarga yang kian sempurna. setiap kali pulang kampung, kami tak lagi berdesakan di bus dan berpanasan di terminal. kerja keras ibu dan abah pun berbuah manis untuk kami, anak-anaknya.
tak hanya itu karyawan kami pun ikut merasakan manisnya kerja keras itu. banyak diantara karyawan kami yang adalah korban PHK karena krisis. sehingga mereka dapat menghidupi keluarganya.
tapi roda pasti berputar...
setelah saya dan adik selesai studi dan berumah tangga, ibu juga sudah mulai memasuki usia yang tak lagi muda, demikian juga abah telah pensiun, maka usaha mulai decline.
awalnya saya mencoba ambil kendali dibawah bendera DnJ milik saya. saya gabungkan usaha catering tersebut bersama dengan wedding organizer dan pertanian yang merupakan sektor bisnis DnJ. namun sepertinya Tuhan memang berkehendak lain. catering tersebut tak dapat bertahan menghadapi gelombang krisis ekonomi jilid II ini. DnJ pun mulai menutup unit-unit bisnis yang dirasa tak memungkinkan untuk dipertahankan. kurang lebih ada 5 sektor yang terpaksa ditutup. tinggal pertanian yang masih bertahan.
tapi kejatuhan catering itulah yang benar-benar telah memukul saya dengan telak.
bagaimana tidak, dari usaha itulah akhirnya saya dan adik dapat bersekolah serta memiliki segala yang kami nikmati saat ini, dan sekarang kami harus menyaksikan keruntuhannya. belum lagi karyawan yang sudah puluhan tahun mengabdi.
Tuhan....
ini benar-benar seperti godam bagi saya.
tapi ada sisi baik yang dapat saya lihat dari celah yang ada. ibu dan abah jadi lebih tenang dalam beribadah. bila sebelumnya ibu dan abah kesulitan mencari waktu untuk mengajar ngaji, tapi dengan tutupnya catering, ibu dapat mewujudkan impiannya untuk mengajar ngaji sekaligus memiliki majelis ta'lim. setiap malam dirumah ibu selalu ada kegiatan keagamaan. mulai dari pengajian hingga hadrah. abah pun lebih leluasa menjalankan roda yayasan yang beliau dirikan. dan yang pasti selalu ada waktu untuk cucu-cucunya yang sedang sangat ingin manja pada kakek neneknya.
akhirnya saya mencoba ikhlaskan semua yang ada.
saya menyerah pada kehendak Tuhan, tapi saya akhirnya memenangkan sebuah arti kehidupan yang jauh lebih bernilai dari sekedar materi yang pada akhirnya tak akan pernah kita bawa mati.
saya harus apresiasi teman-teman kantor yang kemarin menjenguk saya, mereka adalah keluarga bagi saya. tak mengapa meski asumsi yang ada adalah saya sakit karena kerja, tapi saya bangga memiliki rekan kerja seperti mereka yang memiliki kepedulian begitu tinggi.
finally..
I would like to say terima kasih untuk abah dan ibu yang telah mengajar dan mendidik kami tentang arti sebuah perjuangan hidup. sebagai anak, kami belum mampu bahkan mungkin tak akan pernah mampu membalas semuanya, namun kami akan terus berusaha untuk melanjutkan cita-cita kalian yang masih tertunda.
sekian