Jumat, 05 Juli 2013

Perubahan; Mimpi, Kenyataan dan Kemerdekaan Diri...

udara di Kota Bogor pada seminggu belakangan ini bisa dibilang cukup bersahabat, dalam arti yang sesungguhnya. Bogor menunjukkan tanda-tanda untuk kembali ke tabiat lamanya sebagai Kota Hujan, julukannya. Hal ini tentu kontras dengan hari pertama saya menginjakkan kaki disini, 2 minggu yang lalu. Hampir saya tak dapat membedakan kota ini dengan Jakarta, atau Surabaya, panas dan macet. tapi, mungkin, inilah sebentuk fakta yang tak dapat dinegasikan dari sebuah laju perubahan. 


diluar itu, saya cukup kerasan untuk berada di Kota Bogor. bertemu sahabat-sahabat yang sebelumnya hanya saling sapa di twitland, mencicipi masakan-masakan khas Bogor dan, tentunya, membiasakan diri untuk hidup mandiri setelah sekian lama segala kebutuhan sehari-hari tercukupi oleh belaian istri.



perubahan...



sejujurnya saya sangat benci dengan kata ini. benci sekali. coba kita ingat-ingat kembali ke masa 98 dimana kran reformasi dibuka. berbagai ilusi menjejali setiap jengkal pikiran rakyat Indonesia akan adanya sebuah zaman dimana kemakmuran dapat dirasakan secara merata. hiruk pikuk pekik kemenangan membahana di setiap sudut kota saat Pak Harto membacakan naskah pengunduran dirinya. seolah hari itu adalah pintu terakhir penderitaan.



faktanya...



perubahan yang didengungkan itu tak lebih dari pemerataan penderitaan. setidaknya itulah saat saya membaca beberapa tag line humor yang bertuliskan "piye le, enakan jamanku tho.. (gimana nak, enakan zamanku kan..)" dimana foto Pak Harto melambaikan tangan sambil tersenyum menjadi backgroundnya.



ok. 



saya tak hendak membahas carut marut politik berikut intrik yang terjadi di seputaran kekuasaan republik ini. biarlah beliau-beliau yang merasa bisa urus negara ini yang membahasnya.


------

suatu ketika, saya pernah punya seorang sahabat (setidaknya demikian yang saya rasa, entah dirinya). dulu, kemana-mana saya selalu bersama sahabat saya itu. bahkan saking lekatnya, setiap persoalan yang saya hadapi pasti saya ceritakan ke dia. intinya, tak ada satu sisi dari diri saya ini yang tak dia ketahui.

saya bukanlah orang yang mudah bersahabat.

tapi ketika saya sudah menjadikan seseorang itu sahabat, maka saya akan all out untuk memperjuangkan persahabatan itu. sebab impian saya sejak kecil adalah memiliki sahabat sejati. bahkan, kadang, dalam imajinasi saya, sulit untuk dibedakan mana sahabat sejati dan cinta sejati. bagi saya sahabat sejati adalah cinta sejati saya. juga sebaliknya. itu sebabnya hingga saat ini, saya hanya punya sedikit sahabat sejati. 

ini tak lepas dari kejadian buruk yang saya alami sewaktu masih kanak-kanak dulu.

saya terkena penyakit kulit akut. hingga para tetangga melarang anaknya untuk bermain dengan saya. takut ketularan. sedih? sangat!

arti teman bagi anak-anak itu melebihi segudang mainan yang ia miliki.

beruntung orang tua saya tergolong mampu. sehingga dapat membelikan segudang mainan baru setiap hari, hingga 2 kamar tidur di rumah saya penuh dengan mainan. tapi mainan tak bisa diajak berpetualang. sedang saya laki-laki yang butuh sedikit tantangan.

waktu berjalan...

hingga dewasa, saya lebih suka menghabiskan waktu untuk membaca. saya merasa di dunia itu tak pernah ada duka. tapi saya sadar sepenuhnya, bahwa saya juga butuh dunia nyata.

itu sebabnya saya tergabung dalam berbagai organisasi. tak jarang dari itu saya dipercaya menjadi Ketua. sebutlah saat mahasiswa, saya menjadi Ketua Umum BEM Universitas Negeri Malang. atau di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia.

teman saya banyak. banyak sekali. tapi dari sekian banyak itu hanya segelintir yang jadi sahabat karib. karena rata-rata, teman saya itu mengalami perubahan saat menyaksikan pasang - surut kehidupan saya.

dan itu saya tidak suka.

-----

manusia hidup dengan orang lain itu dapat dimaknai bahwa didalamnya (mungkin) akan terdapat hal-hal yang tidak kita inginkan.

misal..

digunjingkan..

itu adalah hal yang tak dapat dinegasikan manakala kita hidup bermasyarakat. apapun yang kita lakukan, entah itu baik ataupun buruk, pasti takkan lepas dari sorotan.

saat kita berbuat buruk, ada saja orang yang menggunjingkan. bahkan saat kita berbuat baik pun, ada saja orang yang dengan kejam menggunjingkan.

inilah hidup..

lalu bagaimana sikap kita seharusnya dalam menghadapi hal sedemikian?

go ahead!

kalau semua hal yang akan kita lakukan, batal, hanya gara-gara takut digunjingkan orang, ya selamanya kita tak akan pernah berbuat apa-apa. biarkan saja orang mau ngomong apa tentang kita.

tapi harap dicatat ya..

tidak perduli omongan orang itu BEDA dengan tidak perduli pada lingkungan. itu dua hal yang berbeda.

kita boleh tak perduli pada omongan orang, tapi kita tetap harus peduli dengan lingkungan. setidaknya, milikilah empati terhadap lingkungan. tetaplah bertegur sapa dengan tetangga, meski mereka terus menatapmu dengan penuh curiga.

kembali ke perubahan..

kenapa saya begitu membenci kata itu?

saya tidak alergi, saya sadar, diri saya pun mengalami perubahan. dulu penjual koran, sekarang tidak lagi. itu adalah bagian dari perubahan.

yang saya benci adalah perubahan sikap yang berkaitan dengan kemerdekaan diri. hanya karena tak ingin ada pandangan miring, lalu menjauhi segala hal yang membuat pandangan itu lenyap. meski itu tak otomatis membuatnya menjadi manusia paling sempurna.

misal..

kita biasa pergi makan bersama teman. 

hanya karena teman itu pernah berbuat kesalahan, dan ia tak ingin namanya ikut tercoreng, lalu kebiasaan itu ditinggalkan.

apa ini yang disebut dengan perubahan? 

apa ini yang dinamakan dengan kemerdekaan?

well... jika demikian, sepenuh hati saya akan melawan. dan sepertinya saya harus memperpanjang masa kebencian saya terhadap kata perubahan. sebab mimpi saya dari kecil adalah memiliki sahabat sejati, dan saya berjuang untuk mewujudkannya menjadi kenyataan tanpa harus mengorbankan kemerdekaan diri.


- sekian -


tulisan saya ini akan dimuat pada pojok redaksi Majalah Planner edisi Juli 2013.

Kamis, 04 Juli 2013

Penuturan Merah Muda... (percakapan Hati dan Jari Jilid II - Full Version)

barusan saya selesai mentwitkan lanjutan kisah percakapan antara Jari dan Hati jilid II di akun twitter saya @semesta_kicau. seperti biasa, karena keterbatasan karakter di twitter, maka, saya akan ceritakan kisah lengkapnya via blog ini agar pembaca mendapat gambaran yang lebih utuh.

jadi ceritanya, pagi itu, Hati yang sudah berdandan ganteng dan 'nyetil' bertemu dengan Merah Muda. tentu saja pertemuan ini mempunyai makna yang luar biasa bagi Hati. masih ingat kan kesalahan Hati dimasa lalu? ya, mematahkan sayap milik Merah Muda yang ia pinjam. padahal itu adalah sayap terbaik yang dimiliki oleh Merah Muda.

pertemuan yang awalnya kaku, malu-malu dan penuh gengsi itu kemudian cair setelah Hati memulai percakapan kecil dengan Merah Muda.

dengan diiringi tawa kecil dan senda gurau, dua sejoli itu berbincang 'ngalor ngidul'.

hati Hati tentu saja berbunga melihat dirinya diterima dengan terbuka oleh Merah Muda. nyaris tak ada dendam tersirat dari raut muka dan mata Merah Muda. sama persis seperti dulu saat Hati mengenal Merah Muda.

tapi keceriaan Hati itu mendadak hancur dan menjadi keheningan yang cukup mencekat saat Hati mendengar penuturan Merah Muda.

'aku akan segera pulang ke negeriku. menikah. dan mungkin akan menetap disana..' kata Merah Muda.

sontak Hati yang awalnya terbang tinggi di awan, seolah terjun bebas dihempaskan ke karang lautan mendengar penuturan Merah Muda itu. Hati terbata-bata dan nyaris kehilangan kendali diri.

hati Hati hancur berkeping-keping.

sejatinya, Hati ingin mengungkapkan rasa cintanya pada Merah Muda selama berada di pulau bunga. ia ingin sekali memberitahu pada Merah Muda, bahwa ada kuncup-kuncup cinta yang bermekaran di hatinya dan bergejolak ingin disampaikan pada Merah Muda.

namun mendengar penuturan Merah Muda itu, Hati seolah kehilangan daya untuk sekedar berbicara. apalagi mengungkapkan rahasia hatinya.

lama Hati terdiam dalam kecamuk dalam hatinya.

marah, kecewa, sedih, terluka, penyesalan, semua bercampur menjadi satu. parahnya, semua rasa itu tak punya jalan keluar. jadilah Hati merana menikmati semua rasa itu sendiri.

kemudian entah karena apa, tiba-tiba saja Hati membulatkan tekadnya untuk tetap mengungkapkan perasaan cintanya pada Merah Muda. ia tak ingin lagi menanggung beban seberat cinta dalam hatinya. biarlah semua terbuka agar tak ada kecewa di dada.

Hati merasa, bahwa dengan memberitahukan rasa cintanya yang mendalam pada Merah Muda, kelak, ia maupun Merah Muda dapat menjalani kehidupan ini dengan tenang tanpa ada lagi rahasia hati.

bagaimana percakapan diantara keduanya? silahkan dibaca disini --> percakapan Otak dan Jari - jilid II.

lalu seperti apa rencana Hati selanjutnya untuk mengungkapkan rasa cintanya pada Merah Muda? serta bagaimana pula akhir dari kisah cinta Hati dan Merah Muda? 

pantau terus TL --> @semesta_kicau ya... :)

Rabu, 03 Juli 2013

Percakapan Otak dan Jari.. Jilid I (Full Version)



semalam saya mentwitkan percakapan antara Otak dan Jari di akun twitter saya:  @semesta_kicau. agar lebih lengkap dan utuh, saya tuliskan saja ya kisahnya..

ceritanya nih, Otak sedang galau segalau galaunya. secara mendadak, dia ditinggal pergi oleh Hati. Otak dan Hati adalah sahabat karib. Otak yang punya sudut pandang logika, selalu menumpahkan uneg-unegnya pada Hati yang menilai segala sesuatu berdasarkan rasa.

walau keduanya sangat berbeda karakter, tapi justru disitulah mereka saling membutuhkan.

singkat cerita, si Hati ini ketemu lagi dengan si Merah Muda, kekasihnya dulu. belum kekasih sih sebenernya, karena Hati tak pernah mau mengungkapkan secara terbuka. si Merah Muda ini, dulu, pernah meminjamkan sayapnya pada Hati. tapi karena kecerobohan (atau mungkin kebodohannya) sayap yang dipinjam dari Merah Muda ini patah.

sayap itu patah karena dipersimpangan jalan, Hati tergoda bujuk rayu Jingga, yang tak lain adalah karib si Merah Muda juga.

setelah itu si Merah Muda tak ada kabarnya. Hati pergi ke selatan. Jingga pun terkubur keadaan.

cerita kehidupan ternyata mempertemukan kembali Hati dengan Merah Muda. wah, terbayang dong betapa senangnya Hati. dia berpikir dapat menebus kesalahan saat merusakkan sayap yang ia pinjam dari Merah Muda. sekalian, kalau ada kesempatan, akan mengungkapkan perasaan cintanya pada Merah Muda yang tertunda.

kembali ke Otak...

Hati yang biasanya murung, dengan ceria menemui Otak.

"Otak... aku sedang bahagia!" jerit si Hati

Otak yang masih bingung dengan kelakuan sahabatnya itu hanya terdiam menganga.

"kamu masih ingat Merah Muda kan? aku sekarang akan pergi ke pulau bunga bersamanya!" lanjut Hati.

Otak yang sebelumnya hanya menanggapi dingin sembari minum kopi, mendadak tersedak mendengar kabar itu.

"Merah Muda?!" Otak terperangah

"iya.. Merah Muda.." jawab Hati

"bukannya dia menghilang usai kau patahkan sayapnya yang kau pinjam?!" Otak masih tak percaya

"iya.. ini Merah Muda yang itu, Otak.." jawab Hati dengan berseri-seri

"lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?" Otak menelisik lebih jauh.

"entahlah.. yang pasti aku akan bersamanya di pulau Bunga.." Hati menjawab sambil merunduk pasrah

"aku berharap disana, aku bisa memperbaiki segalanya. termasuk..." Hati menahan kata selanjutnya

"termasuk apa, Hati?" Otak penasaran

"jika memungkinkan, aku ingin mengatakan cintaku padanya yang dulu sempat tertunda.." jawab Hati.

Otak mengangguk paham.

sesaat kemudian Otak teringat satu hal.

"lalu kalau kamu ke pulau Bunga bersama Merah Muda, bagaimana denganku?!!" sergah Otak

"pada siapa aku akan tumpahkan ide-ideku?" lanjut Otak

"maafkan aku, Otak. izinkanlah aku pergi sebentar untuk menyelesaikan urusanku dengan Merah Muda.." Hati mencoba memberi pengertian pada Otak

"aku tidak ingin terkubur pada penyesalan sebelum minta maaf pada Merah muda atas khilafku dimasa lalu.." jawab Hati pelan.

"aku juga tak ingin hidup dalam kesedihan karena tak sempat mengungkapkan rasa cintaku padanya.." lanjut Hati.

"untuk itu, aku akan pergi menyelesaikan segala urusanku dengan Merah Muda.." Hati kemudian beranjak pergi dari halaman rumah Otak.

Otak terdiam melihat Hati melangkah meninggalkannya. Dari kejauhan ia amati punggung Hati yang perlahan menghilang.

"mungkin ini saatnya aku menemui Jari. karena dialah yang sanggup menarikan segala gagasanku selain Hati.." Otak mulai memutar otak.

segera Otak bergegas menuju rumah Jari. dengan setengah berlari, tak lama kemudian Otak pun sampai.

"hai, Otak..! tumben kau kemari? ada apa rupanya?" Jari menyambut kedatangan Otak dengan ceria

"hehe.. rindu aku pada kau, Jari. lama kita tak bersua.." jawab Otak

"ah, kau kemari pasti bukan karena rindu. pasti kau punya mau.." Jari mencoba menebak

"hahaha.. tujuan utamaku kesini tentu saja melepas rindu. tapi tujuan tambahan, itu yang hendak aku bicarakan dengan kau, Jari!" Otak mulai beretorika

"nah, kan..! apa ku bilang. apa yang bisa aku bantu?" jawab Jari.

percakapan pun berlanjut diantara keduanya. dan akhir dari jalan ceritanya, seperti yang telah saya rangkum di sini "percakapan Otak dan Jari".

Bagaimana kisah Hati, Otak dan Jari selanjutnya..? Tunggu ya, nanti juga bakal tahu.. hihi

Kecoa..



entah kenapa dan bagaimana ceritanya makhluk ini bisa ada dan survive, dimanapun dan sebersih apapun rumah kita. oke, rumah saya maksudnya. tidak terhitung berapa kali ngepel rumah, bersihkan kamar mandi dan berapa galon biang karbol telah saya gelontorkan. belum lagi racun serangga berbagai merek telah saya pasang di tiap sudut tempat persembunyiannya. tapi hasilnya? nol. hewan satu ini masih sehat wal afiat. bahkan berani menentang program KB pemerintah, 2 anak cukup.



jadii... ceritanya begini..



tiap pagi, sebelum kerja selalu saya sempatkan untuk mandi. namanya juga mandi, pastilah dikamar mandi. kamar mandi adalah tempat kita bebas se bebas bebasnya, mau bugil kek atau apapun itu bebas.. kecuali tidur! ingat itu kawan..



nah, bayangin aja.. mmm tapi sebaiknya jangan deh.. ditengah asiknya aku melepas baju dan berpose telanjang, tiba-tiba aja dua antena serangga itu mengintip dari balik lubang pembuangan. sepertinya sedang memantau situasi dan kondisi area jajahannya.



ampun!! merinding aku jadinya. bukan karena takut, tapi geli!



yakkss..



tapi makhluk bersayap itu seolah tahu kalau musuhnya tidak berani, maka kecoa itu pun makin beringas menteror. tidak tanggung-tanggung, dia pun mengajak temannya (entah teman atau sodara kembar, soalnya mirip banget!)..



jadilah 2 ekor kecoa datang menterorku.



tak ingin terus diteror, aku pun mulai mengumpulkan sisa nyali untuk melakukan serangan balik..



crot..crot..



kedua kecoa itu tewas secara mengenaskan di telapak kakiku..



tapi persoalan besar justru muncul sesudah itu.



karena saya menginjaknya dengan kaki telanjang, maka dapat saya rasakan betul tekstur kulit dan sayapnya yang kasar.



uhhh..amit-amit!!



serasa mau muntah saat itu. bahkan sampai detik saya menulis ini pun masih dapat saya rasakan makhluk menjijikkan itu. menempel di ingatan, dikulit dan di jiwa.. yahh.. kata terakhir tadi didelete aja, terdengar agak lebay..



seperti lagunya maia 'ingat kamu', mau makan inget kecoa, mau tidur inget kecoa.. menyebalkan..



but hey..



setelah beberapa hari berselang, perasaan takut dan geli terhadap kecoa itu berangsur hilang dari diri saya. memang sih masih ada rasa geli itu, tapi tidak sebesar sebelum saya membantai 2 kecoa tadi.



dan sepertinya, kecoa-kecoa lain mulai jaga jarak pada saya. mungkin mereka berpikir bahwa saya adalah raja tega yang harus dihindari.



saya jadi berpikir, bagaimana jika rasa geli saya terhadap kecoa itu adalah rasa sakit hati??



mungkin jika kita sangat takut dengan rasa sakit hati, maka selamanya kita tidak akan pernah berani menghadapinya. tapi jika sekali saja kita hadapi rasa sakit hati dengan gagah berani, mungkin rasa sakit hati tadi akan bernasib sama dengan kecoa tadi..



memang sih awalnya gak enak, tapi lama kelamaan akan biasa aja..



cara itulah yang hendak saya coba untuk menghadapi orang yang mencuri mobil saya.. yang telah bikin sakit hati saya dan keluarga saya 7 turunan!



tapi tetep aja, meski saya sudah tidak begitu geli menghadapi kecoa, toh mereka tidak surut nyali dan tetap beranak pinak dengan enjoy-nya..



DAMN!