Dulu, saya adalah orang yang malas untuk menumpahkan buah pikiran di sebuah wadah (blog, note dsb). Paling saat ada pikiran, tulis di Socmed.
Selesai.
Tapi beberapa tahun yang lalu, saya 'menemukan' seorang sahabat. Dia tiba-tiba saja add sebagai teman. Awalnya saya biasa saja. Tak ada yang special. Saya anggap sama dengan teman lain yang meng-add saya as a friend.
Tapi pikiran saya itu perlahan berubah saat saya membaca postingan tulisannya.
Astaga....
Kuat sekali tulisan ini. Saya sebagai pembaca 'dipaksa' untuk menyelesaikan tulisan hingga akhir. Tak satupun tulisannya yang terlewat. Bahkan saya ulangi lagi dan lagi sampai saya hapal betul isi tulisannya.
Dari pilihan kata yang dipakai olehnya, terlihat bahwa dia adalah seorang yang gemar membaca...
Penasaran.
Saya pun beranikan diri untuk menyapa.. Awalnya saya mengira bahwa sapaan saya akan diabaikan...
Siapa saya gitu loh.. Hahaha
Tapi ternyata sapaan saya dijawabnya. Dan dia adalah sosok yang ramah sekali..
Saya awali sapaan itu dengan pertanyaan seputar tulisannya. Bagaimana cara dia menghipnotis pembaca sedemikian rupa, hingga tak secuilpun tulisan berhak untuk dilewatkan.
Dia menjawab dengan rendah hati.
'Ah sama saja.. Aku cuma kebetulan suka baca..'
Kalau hanya sekedar suka baca, saya pun suka membaca... Hehe.. Tapi dalam tulisannya ada semacam keindahan alur dan content yang sedemikian kuat. Seolah saya dibawa kedalam cerita yang sedang ia kisahkan..
Kuat sekali..
Belum sampai saya berteman lama, sahabat saya itu menghilang.. Terakhir saya berbincang, dia menjadi guru di Shanghai - Tiongkok.
Sampai detik ini saya masih berusaha mencari sahabat pena saya itu. Ada semacam kerinduan akan tulisan-tulisannya yang terangkai indah. Mengalir. Tapi sangat kuat karakter ceritanya.
Sungguh, saya sangat rindu. Terlebih sudah 2 bulan terakhir ini saya kehilangan inspirasi dan semangat untuk menulis lagi.
Deadline menulis kolom di majalah bulanan sering terlewat. Juga esai-esai di harian-harian sering saya lepas. Blog pun sudah jarang saya jamah...
Saya benar-benar kehilangan semangat...
Namun sepercik sinar harapan itu kembali tumbuh tiap kali saya mengingat pesan sahabat pena saya itu, pesan terakhir sebelum ia menghilang dibelantara dunia:
'kekuatan seorang pemikir ada pada tulisannya, kekuatan seorang penulis ada pada pikirannya..'
Pesan darinya ini saya ingat kuat di hati dan pikiran saya. Saya pegang kuat-kuat untuk memantik semangat menulis dikala semangat serasa mati suri..
Efektif sih....
Tapi bagaimanapun, saya sangat butuh kehadiran sahabat pena saya itu untuk meledakkan kembali semangat saya untuk berkarya di dunia menulis, tidak hanya sekedar seberkas cahaya saat mengingat pesan-pesannya yang begitu melekat dalam dada.
Sekian